PILKADA DAN VISI PENGEMBANGAN TERPADU D.I. YOGYAKARTA
February 19, 2010 Leave a comment
Beberapa bulan ke depan akan dilaksanakan pemilihan kepala daerah (PILKADA). Di Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagaimana amanat dalam undang-undang, kepala daerah tingkat provinsi masih diamanatkan kepada Sri Sultan hamengku buwono dan wakil kepala daerah diamanatkan kepada pakualaman. Konsekuensi dari keistimewaan sistem ini adalah tidak adanya persaingan, baik dari segi politik maupun visi ke depan dalam pengembangan daerah. Namun demikian, indikasi dari PILKADA ini adalah dirumuskannya kembali program kerja daerah selama beberapa tahun ke depan, dan inilah yang harus diperhatikan dan direncanakan dengan seksama. Hal ini diperlukan karena DIY merupakan daerah pariwisata, di samping itu pula merupakan daerah yang mempunyai produk kreatif bervariasi dan cukup berkembang pesat untuk mendukung seni pariwisata di dalamnya.
Pada sisi lain, PILKADA selain menentukan gubernur dan wakilnya, juga memilih para pemimpin daerah tingkat kabupaten. Di sinilah letak pentingnya sebuah visi pengembangan terpadu dari seorang gubernur bersama dengan para pemimpin di tingkat kabupaten untuk membangun DIY menuju daerah yang berwibawa. Pembangunan terpadu ini juga penting untuk menghadapi tantangan ke depan dari dampak pasar global yang mungkin dalam beberapa bulan ini akan sedikit demi sedikit dirasakan oleh para pengusaha lokal. Apalagi jika dilihat pasar tradisional di DIY ini sangat banyak dan menjadi tumpuan hidup dari sebagian besar masyarakat Yogyakarta.
Ada beberapa aspek penting yang harus dikerjakan bersama sebagai “PR” untuk para calon pemimpin DIY 2010-2015 mendatang dalam pengembangan terpadu DIY ini. Sebagaimana diketahui bersama DIY dikenal dengan daerah yang unik dari segi kepemimpinannya. Di samping itu pula, dari segi pariwisata DIY dikenal dengan banyak daerah yang layak dijadikan sebagai tempat wisata dari pesisir pantainya, bangunan bersejarah dan dimensi alam pegunungan yang menawan. Keunikan DIY juga terdapat pada banyaknya pasar tradisional yang masih menjadi tumpuan hidup ekonomi mayoritas masyarakat Yogyakarta. Pada segi pendidikan, Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, dimana di dalamnya para pelajar dan mahasiswa se antero Indonesia bahkan tidak sedikit dari luar negeri juga turut serta meramaikan atmosfer ilmiah dan pendidikan di DIY.
Keunikan di atas tentu seharusnya menjadikan Yogyakarta sebagai daerah yang lebih maju dibanding daerah lainnya dari segi ekonomi, sosial masyarakat, budaya dan pendidikan. Potensi tersebut harus dikembangkan menjadi identitas Yogyakarta di mata masyarakat Indonesia. Jika selama ini Bali menjadi daerah yang dikenal dunia dari segi pariwisatanya, maka jogja pun sebenarnya lebih berpotensi dari pada itu.
Mata Rantai Pengembangan Terpadu DIY
Tuntutan di atas dapat direalisasikan dengan adanya kesatuan visi dari para pemimpin daerah di DIY dari tingkat atas yaitu provinsi sampai pada tingkat bawah yang berada di desa-desa. Strategi pengembangan terpadu ini bertumpu pada aspek-aspek yang sudah dijelaskan di atas. Adapun bentuk konkret dari pengembangan terpadu ini adalah optimasi aspek-aspek tersebut di atas secara terkait sehingga membentuk mata rantai yang saling berhubungan.
Dari segi pariwisata, diperlukan pembenahan fasilitas dan promosi yang dapat menarik dunia domestik dan internasional untuk dapat melihat eksotisme alam Yogyakarta secara langsung. Tentu kita masih ingat ketika Malaysia menggunakan beberapa icon kebudayaan kita dalam promosi pariwisata asia untuk mengajak dunia internasional mengunjungi mereka. Kita tentunya sebagai pemilik asli seharusnya mempunyai daya tawar lebih dibanding dengan Negara lain yang menggunakan icon kita. Hal ini bisa diperkuat dengan keunggulan alam dan budaya yang ada di Yogyakarta.
Jika posisi tawar Yogyakarta sudah cukup tinggi dalam dunia pariwisata, secara tidak langsung akan mensupport perekonomian Yogyakarta, khususnya industri produk kreatif yang menjadi pelengkap dari pariwisata. Pada sisi lain, daya tarik pariwisata ini akan lebih mempromosikan dunia pendidikan di DIY pada masyarakat internasional. Dunia pariwisata ini juga dapat didukung dari segi pendidikan yang ada di Yogyakarta. Apabila kualitas pendidikan dalam suatu daerah meningkat, maka daya tarik atas belajar di daerah tersebut juga akan meningkat, sehingga secara tidak langsung akan meramaikan komunitas baru yang dapat mendukung potensi pariwisata di atas.
Strategi pengembangan terpadu DIY
Untuk mewujudkan dan mengkondisikan potensi di atas, maka harus disusun strategi terpadu pula dalam pengembangan terpadu ini. Strategi tersebut juga tetap mengacu pada elemen dasar yang ada pada tiap aspek-aspek yang berpotensi di atas. Pertama, dari aspek pariwisata, perlunya koordinasi bersama antara pemerintah daerah dengan pengelola dan masyarakat sekitar untuk membenahi fasilitas dunia pariwisata dan memunculkan tempat-tempat baru yang berpotensi untuk dijadikan daerah pariwisata dan diusulkan kepada pemerintah. Untuk memaksimalkan peran serta masyarakat, diperlukan insentif lebih kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk pemberdayaan mereka dalam pengelolaan situs pariwisata ini. Bentuk insentif bisa bermacam-macam dapat berupa insentif tunai, atau bisa berbentuk permodalan tunai atau alat untuk mengadakan usaha kreatif untuk memperkaya bentuk daya tarik pariwisata kita. Insentif kedua lebih direkomendasikan karena disamping memperkaya bentuk daya tarik wisata juga bisa digunakan masyarakat untuk menambah pendapatan baru mereka, dan tentunya sebagai solusi konkret untuk mengurangi pengangguran di DIY.
Kedua, dari aspek pendidikan. Sebagaimana diketahui bersama lembaga pendidikan di Yogyakarta jumlahnya sangat banyak dengan spesifikasi disiplin ilmu yang variatif. Hal ini perlu dipromosikan pula sebagai bentuk kekayaan Yogyakarta, tentu dengan catatan inovasi dan evaluasi lembaga pendidikan khususnya kampus harus terus dilakukan untuk dapat menjadi pusat pendidikan yang berkualitas.
Ketiga, dari aspek kebudayaan. Yogyakarta memiliki budaya yang unik, yaitu kraton dan segala bentuk warisan di dalamnya sampai sekarang. Untuk menjaga kelestarian budaya kraton ini sebagai manivestasi ciri khas Yogyakarta dan usaha menjaga tradisi lokal Yogyakarta, perlu digalakkan kesadaran pada masyarakat Yogyakarta, baik penduduk asli maupun pendatang dalam melestarikan budaya Yogyakarta melalui paguyuban dan komunitas seni, festival budaya yang dilombakan setiap tahun dan pameran-pameran kebudayaan lokal.
Formulasi strategi dalam ketiga aspek tersebut di atas merupakan gambaran umum dari bentuk pengembangan terpadu yang semestinya digarap nantinya oleh para pemimpin daerah Yogyakarta ke depan. Inilah yang perlu dipikirkan secara matang dan saya sebut sebagai “PR” bagi para calon pemimpin daerah Yogyakarta untuk digunakan sebagai visi pembangunan DIY berbasis kebudayaan lokal. Sudah saatnya kita mengoptimalkan segala potensi yang ada untuk mewujudkan Yogyakarta yang bersahaja dan berwibawa di mata dunia dan menatap persaingan global ke depan.
Oleh:
M. Agus Khoirul Wafa